Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.409 Triliun di Kuartal II 2024: Apa Artinya bagi Ekonomi Nasional?

199
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.409 Triliun di Kuartal II 2024: Apa Artinya bagi Ekonomi Nasional?
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.409 Triliun di Kuartal II 2024: Apa Artinya bagi Ekonomi Nasional?

Pada kuartal kedua tahun 2024, utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan signifikan, mencapai US$ 408,6 miliar atau setara dengan Rp 6.409 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,7% dibandingkan tahun sebelumnya, lebih tinggi daripada kenaikan 0,2% yang tercatat pada kuartal pertama tahun 2024. Peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya utang luar negeri baik dari sektor publik maupun swasta.

Bank Indonesia (BI) dalam laporan terbarunya mengungkapkan bahwa struktur utang luar negeri Indonesia tetap dalam kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang berada di angka 29,9%. Selain itu, sebagian besar utang luar negeri ini bersifat jangka panjang, dengan proporsi mencapai 85,7% dari total utang luar negeri. Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menegaskan bahwa BI bersama pemerintah terus memperkuat koordinasi untuk memantau perkembangan utang luar negeri guna memastikan stabilitas ekonomi.

Utang luar negeri pemerintah pada kuartal II 2024 tercatat sebesar US$ 191 miliar. Meskipun angka ini mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,8% dibandingkan tahun lalu, penurunan ini lebih baik dibandingkan kontraksi sebesar 0,9% pada kuartal sebelumnya. Kontraksi ini terutama dipengaruhi oleh penyesuaian alokasi dana oleh investor nonresiden dalam surat berharga negara (SBN) domestik, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian dalam pasar keuangan global.

Dalam hal sektor ekonomi, utang luar negeri pemerintah terbagi dalam berbagai bidang. Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial menyumbang 20,9% dari total utang luar negeri pemerintah. Sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib menyumbang 18,8%, sementara sektor jasa pendidikan mencakup 16,8%. Sektor konstruksi dan jasa keuangan serta asuransi masing-masing menyumbang 13,6% dan 9,5%. Erwin Haryono juga menambahkan bahwa hampir seluruh utang luar negeri pemerintah memiliki tenor jangka panjang dengan proporsi mencapai 99,99%, menunjukkan pengelolaan utang yang berhati-hati.

BERITA HANGAT:  Pemkot Sungai Penuh Hanya Gunakan 5 Hektare Lahan Tanam Jagung

Di sisi lain, utang luar negeri swasta pada kuartal II 2024 mencapai US$ 196,5 miliar, tumbuh 0,3% dibandingkan tahun lalu setelah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,2% pada kuartal pertama tahun 2024. Utang luar negeri swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian. Kombinasi sektor-sektor ini mencakup 79,1% dari total utang luar negeri swasta.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat peningkatan dalam utang luar negeri, struktur dan manajemen utang Indonesia menunjukkan ketahanan yang baik. Pemerintah dan BI terus bekerja sama untuk memastikan bahwa utang luar negeri dikelola dengan prinsip kehati-hatian, guna mendukung stabilitas ekonomi jangka panjang dan pertumbuhan yang berkelanjutan.